Selasa, 16 Oktober 2012

SEJARAH

Moncongloe, Maros

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Moncongloe
—  Kecamatan  —
Negara  Indonesia
Provinsi Sulawesi Selatan
Kabupaten Maros
Luas ... km2
Jumlah penduduk ... jiwa
Kepadatan ... jiwa/km2
Moncongloe adalah desa di kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia. Desa Moncongloe merupakan ibukota dari kecamatan Moncongloe, disini terdapat Puskesmas Moncongloe, Kantor camat Moncongloe dan Polsek Moncongloe. Jarak Moncongloe menuju Kabupaten Maros adalah sekitar 20 Km. Jarak dari Moncongloe menuju Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan yaitu Makassar adalah 22 Km melalui jalan darat. Penghasilan utama dari penduduk Kecamatan Moncongloe adalah Bertani. Hasil pertanian bermacam-macam. Ada padi, Ketela Pohon, jagung, sayur-sayuran, kacang, dll. Terdapat pula banyak peternak. Kebanyakan beternak Sapi dan ayam Potong.

Daftar isi

Sejarah

Secara harpiah Moncongloe berarti, tempat yang tinggi. Moncongloe sudah lama dikenal, sejak abad ke-16, sebab wilayah ini adalah salah satu Gallarrang ( Distrik/Kecamatan zaman kerajaan Gowa) dari kerajaan Gowa-Tallo. Bahkan Pahlawan “Internasaional” Syeikh Yusuf merupakan putra Moncongloe, karena Beliau adalah Cucu dari Gallarrang Moncongloe. Dalam perjanjian Bongaya pada tanggal 10 Nopember 1667, ang kemudian diperbaharui pada anggal 1824, pemerintah Hindia Belanda membagi negeri-negeri Celebes menjadi tiga kelompok, yakni:
  • Negeri-negeri yang berada langsung dibawah pemerintahan Hindia Belanda.
  • Negeri-negeri yang secara tidak langsung dibawah pemerintahan Hindia Belanda.
  • Negeri-negeri yang berdaulat, yang hanya menjalin hubungan setara dengan pemerintahan Hindia Belanda.
Wilayah Moncongloe masuk kedalam kategori kedua bersama dengan wilayah-wilayah sekitarnya. Kelompok utara atau kelompok distrik utara (noorder districten) termasuk Maros, Bontoa, Tanralili, Simbang, Sulewattang ri Lau, Tomboro’, Sudiang, Malawwa, Camba, Balocci, Turikale, Moncongloe, dll. Dengan pembesar Hindia Belanda diwilayah ini berkedudukan di Maros, sedangkan kepala daerahnya bergelar Karaeng Lomo Daeng lolo, Aru Sulewattang/Gallarrang. Dalam perjalanan sejarah pemerintahan Sulawesi Selatan pada umumnya, maka berdasarkan Penetapan Gubernur Grote Oest (Timur Besar) no. 21 BIJBLAD 14377 tanggal 24 Pebruari 1940, Celebes dibagi tujuh Afdeling, diatara Afdeling itu adalah Afdeling Makassar, yang membawahi Onderafdeling Sungguminasa, Pangkajene, Takalar/Turatea, Pulau-pulau sekitar Makassar serta Onderafdeling Maros Sendiri yang didalamnya adalah Distrik Moncongloe. Setelah jaman kemerdekaan, dengan UU. No. 2, 3, dan 4 tahun 1957, Moncongloe masuk dalam wilayah Makassar bersama Maros, Pangkajene dan pulau-pulau spermonde. Pada tahun 1959, dengan UU. No. 29 tahun 1959, terjadi lagi perubahan, yakni Moncongloe masuk dalam Wilayah administratif kabupaten Maros, dengan status sebagai Distrik/Desa dibawah kecamatan Mandai. Tahun 1971, Maros dihadapkan suatu pilihan yang sulit, sebab sebagian wilayahnya dibagian selatan diambil alih oleh kota madya Makassar dengan PP. RI. No. 51 tahun 1971, tanggal 1 September 1971. Bira, Daya, Tamalanrea, Bulorokeng, dan Sudiang masuk kewilayah Makassar. Pada tahun 2000, wilayah Moncongloe melepaskan diri dari kecamatan Mandai, dan berdiri sendiri, menjadi salah satu sari 14 kecamatan kabupaten Maros.

Geografis

Moncongloe terbagi atas dua karakter, karakter pertama terletak disebelah timur, keadaan alamnya berbukit-bukit serta ditumbuhi hutan yang lebat (Moncongloe Bulu’). Karakter kedua terletak disebelah barat, dengan keadaan alam berada didataran rendah, sehingga berawa-rawa dan dilintasi anak sungai Tallo (Moncongloe Lappara’). Adapun batas-batas Moncongloe sebagai berikut:

Desa atau Kelurahan

Kecamatan Moncongloe terdiri atas 0 Kelurahan dan 5 Desa sebagai berikut:
  1. Bonto Marannu
  2. Bonto Bunga
  3. Moncongloe
  4. Moncongloe Lappara
  5. Moncongloe Bulu

Fasilitas umum

Pendidikan

Sarana ibadah

Kesehatan

Sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Moncongloe yaitu Puskesmas Moncongloe. Praktek dokter dan bidan juga banyak ditemukan di Moncongloe.

Pasar

Pasar yang ada di Kecamatan Camba adalah Pasar Diccekang yang terletak Di Dusun Diccekang

Pariwisata

Pranala luar

DESA MONCONGLOE MAROS

Moncongloe

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Moncongloe
—  Desa  —
Negara  Indonesia
Provinsi Sulawesi Selatan
Kabupaten Maros
Kecamatan Moncongloe
Kodepos 90552
Luas ... km2
Jumlah penduduk ... jiwa
Kepadatan ... jiwa/km2
Moncongloe adalah desa di kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia. Desa Moncongloe merupakan ibukota dari kecamatan Moncongloe, disini terdapat Puskesmas Moncongloe, Kantor camat Moncongloe dan Polsek Moncongloe

Geografi

Pembagian wilayah

Desa Moncongloe terbagi atas 3 dusun, yakni:
  • Panaikang
  • Pammanjengang
  • Biring Jene
[sembunyikan]

Kamis, 11 Oktober 2012

TUJUAN PEMBUATAN WEBSITE DESA MONCONGLOE MAROS


1.      Tujuan Pembuatan Website

Website  ini dibuat dengan tujuan memberikan informasi kepada masyarakat umum tentang potensi yang ada di desa moncongloe
2.      Motivasi Pembuatan Website
Situs ini masih dalam tahap awal  pengembangan, berbagai jenis informasi yang terdapat dalam website ini, disadari masih jauh dari kesempurnaan, namun sebagai tahap awal, diharapkan sudah dapat dijadikan referensi mengenal lebih dekat untuk mendapatkan informasi tentang desa moncongloe maros  Oleh karena itu diperlukan kerjasama yang membangun dan peran serta aktif pengguna dan pihak-pihak terkait. Kritik serta saran yang bersifat membangun sangat diharapkan, sehingga website ini menjadi seperti yang diharapkan untuk kepuasan para pengguna.
3.      Riset  Awal
·        Apakah tujuan dari pembuatan web desa moncongloe maros?
·        Apakah yang mendasari pembuatan web desa moncongloe maros ?
·        Layanan apa saja yang disediakan oleh web desa moncongloe maros?
·        Siapa saja yang akan menggunakan layanan webdesa moncongloe maros?
·        Apakah ada perbedaan antar pengguna dalam mengakses web?
·        Bagaimana cara tiap pengguna dalam mengakses web?
·        Navigasi apa saja yang terdapat pada web moncongloe maros?
·        Apa saja yang dibahas dalam web moncongloe maros?
·        Bagaimana cara user mendapatkan informasi mengenai moncongloe maros?

Sabtu, 04 Agustus 2012

Bupati Maros Tinjau Puskesmas Moncongloe

Selasa, 01 Maret 2011 - 21:16:32 WIB
Bupati Maros Tinjau Puskesmas Moncongloe
Diposting oleh : Administrator
Kategori: Kesehatan - Dibaca: 270 kali


Maros Online - Bupati Maros HM Hatta Rahman meninjau Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Moncongloe usai menghadiri Musyawarah Perencanaan Pembangunan  (Musrenbang) integrasi tingkat kecamatan di kantor camat Moncongloe, Selasa (1/3).

Kabag Humas Humas dan Protokol Pemkab Maros Kamaluddin Nur mengemukakan, dalam kunjungan itu, Bupati Maros melihat secara langsung pelayanan dan fasilitas kesehatan yang dimiliki Puskesmas Moncongloe, berdialog dengan para medis yang bertugas di sana serta mengecek ketersediaan obat yang ada di puskesmas ini.
Saat mengamati stok obat, Bupati Maros berpesan agar obat yang sudah tidak layak digunakan dikembalikan dan segera diganti dengan obat baru.

Kepada Bupati Maros, Kepala Puskesmas Moncongloe Hj Hasmawati Makmur mengeluhkan kondisi sejumlah fasilitas dan alat medis yang masih digunakan di puskesmas tersebut, diantaranya alat pemeriksaan gigi.

"Sejumlah fasilitas dan alat medis yang masih kami digunakan perlu mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Maros, terutama alat pemeriksaan gigi yang kondisinya sudah lama," tuturnya.

Menanggapi hal tersebut, Bupati Maros berjanji akan merenovasi gedung puskesmas, membangun ruang rawat inap yang representatif serta memberikan bantuan satu unit mobil ambulans untuk Puskesmas Moncongloe. Hal ini dalam rangka menunjang pelayanan prima di puskesmas. [humas]

Pembangunan Jalan Beton Moncongloe Dilanjutkan


Jumat, 03 Agustus 2012

MONCONGLOE,CAMP AUSCHWITZ DI INDONESIA (BAG 2)

Moncongloe, Kamp Auschwitz di Indonesia (Bag II)

Kamis, 26 Juli 2012, 16:31 WIB
fajar.co.id
Moncongloe, Kamp Auschwitz di Indonesia (Bag II)
Moncongloe
REPUBLIKA.CO.ID, Moncongloe terletak di daerah perbatasan Maros dan Gowa, sekitar 20 Km dari ibukota Kabupaten Gowa dan 15 Km dari ibukota Kabupaten Maros, ketinggian sekitar 250 meter dari permukaan laut dengan struktur tanah yang tidak rata. Daerah ini dikenal pula dengan nama tanah merah.

Disekitaran Moncongloe terdapat Kompleks Perumahan Kodam XIV Hasanuddin, yang meliputi; Home Base Puskopad, Home Base CPM, Home Base Kesdam, Home Base Kiwal. Moncongloe sejak tahun 1968 dijadikan sebagai tempat pengasingan tahanan politik (tapol) yang dianggap sebagai PKI oleh pemerintah saat itu, seperti Andy. Moncongloe memiliki potensi hutan yang cukup baik. Kondisi ini kemudian menjadi salah satu alasan alternatif pembukaan Moncongloe sebagai tempat pengasingan para tahanan politik PKI.

Ada tiga potensi awal dan cukup menonjol di daerah Moncongloe; pertama, hutan Moncongloe masih tergolong hutan negara. Pembukaan lahan ini akan mempermudah proses pemilikan lahan dalam jumlah yang besar bagi mereka yang dapat mengontrol pekerjaan Tapol.

Kedua, hutan bambu yang sangat luas adalah sumber bahan baku pabrik kertas Kabupaten Gowa. Adanya hutan bambu juga menjadi alasan ekonomis pembukaan wilayah ini. Para tapol dipaksa bekerja menebang pohon bambu sebanyak-banyaknya untuk dijual kepada pabrik kertas Gowa.

Ketiga, di daerah ini terdapat pohon-pohon besar utamanya bagian pegunungan. Pohon-pohon tersebut memiliki nilai ekonomis. Para tapol dibagi dalam berbagai regu kerja; seperti regu penebang pohon, regu yang khusus membuat papan dan tiang rumah. Regu kerja ini elastis, dapat bertambah ataupun dikurangi tergantung kebutuhan petugas di daerah pengasingan.

Perbudakan di Moncongloe bermula dari kekalahan PKI dalam perpolitikan pascakemerdekaan Indonesia. Partai ini mulai merebut simpati sebagian masyarakat ketika tokoh-tokoh PKI menjual slogan Islam revolusioner dengan argumentasi al-Quran dan hadis. Tokoh-tokoh PKI berusaha meyakinkan masyarakat bahwa komunis sebagai ajaran sangat relevan dengan Islam.

PKI mulai membuka cabangnya di Makassar pada 1922. Partai ini melakukan propaganda dan menyebarluaskan program-programnya dengan memakai corong sebuah surat kabar, Pemberita Makassar. Dengan surat kabar ini, PKI melawan penindasan atas kolonial Belanda. Pendidikan politik kepada rakyat Sulawesi Selatan terus terjadi. Targetnya adalah melawan dan mengusir Penjajah Belanda.

Upaya itu tidak sepenuhnya berhasil karena dominasi gerakan Darul Islam (DI) dan Tentara Islam Indonesia. Dua gerakan ini menilai PKI anti agama. Masyarakat cukup kuat menolak PKI, terutama di daerah pedalaman.

Pada Pemilu 1955 PKI secara nasional sukses dalam perolehan pemilihan DPR. Namun kesuksesan itu tidak terjadi di Sulawesi Selatan. PKI hanya meraup suara 0,25%. Bahkan ketika PKI sukses merebut simpati politik Presiden Soekarno, ternyata tidak berpengaruh dalam merebut simpati elit-elit lokal di daerah ini. Karena lagi-lagi, PKI harus berhadapan dengan agitasi DI/TII di daerah pedalaman, bersaing dengan Masyumi serta berhadapan dengan gerakan Permesta.

Setelah gerakan DI/TII dan Permesta berhasil ditumpas TNI, ternyata PKI masih cukup sulit untuk menarik simpati masyarakat Sulawesi Selatan karena mendapat sandungan dari perwira militer yang memiliki fungsi sosial politik dominan di daerah ini.

Ketika terjadi gerakan 30 September di Jakarta, kondisi politik Sulawesi Selatan masih relatif terkendali. Tetapi minggu pertama oktober 1965, gerakan anti komunis di Sulawesi Selatan berkembang sangat cepat. Gerakan anti PKI juga melebar ke masalah etnis. Penjarahan milik warga etnis Tionghoa dan rumah-rumah orang Jawa dilakukan dengan sangat brutal oleh para demonstran. Alat-alat musik tradisional Jawa seperti gamelan tak luput dari amukan massa.

Mereka yang dianggap PKI ditangkap. Hal itu terus terjadi sampai awal tahun 1966 mulai dari Makassar sampai ke daerah pedalaman, seperti Bone, Pare-pare, Jeneponto, Bantaeng, dll. Penjara merupakan tempat persinggahan terakhir dari aktivis dan simpatisan PKI. Mereka dimasukkan kedalam penjara-penjara militer di kodim-kodim di daerahnya masing-masing. Sejak Oktober 1965 sampai Maret 1966, jumlah tapol mencapai 9.765 orang.

Di penjara, para tapol di tindak secara keras, di siksa hingga terdengar jeritan-jeritan yang suaranya didengar seluruh penghuni penjara hampir tiap malam. Setelah itu mereka dijebloskan ke kamp pengasingan Moncongloe.

Mereka yang terlibat dalam penangkapan tersebut adalah petugas militer, baik dengan sukarela atau paksaan. Semua tahanan politik PKI tersebut ditahan tanpa waktu yang jelas. Penangkapan itu bahkan dianggap sah menurut hukum meski tanpa surat penangkapan, surat penahanan, apalagi putusan pengadilan.

Tak sedikit pula penahanan terjadi karena semata-mata salah tangkap. Seperti kasus penangkapan kelompok Tumbung Tellue-Timbung Limae, sebuah aliran tarekat di Bulukumba. Kelompok tarekat ini ditangkap karena warga menduga mereka PKI hanya karena sering melakukan pertemuan intensif.
Redaktur: Heri Ruslan
Reporter: Erdy Nasrul
SEBELUMNYA SY MINTA MAAF KRN SY MEMAKAI TULISAN ANDA KARENA SY BELAJAR UNTUK MEMBUAT BLOK WEBSITE,,,,,

Kamis, 02 Agustus 2012

PETA KECAMATAN MONCONGLOE

MAROS,UPEKS–Kecamatan Moncongloe akan menjadi starting point menuju taman wisata alam Bantimurung. Itu sesuai rencana pembangunan akses jalan dari Moncongloe ke Bantimurung. Demikian Bupati Maros HM Hatta Rahman saat kunjungan kerja ke Kecamatan Moncongloe rangkaian safari Ramadan, Minggu (29/7).
Pembangunan akses jalan ini diharapkan mampu meningkatkan pengunjung Bantimurung yang selama ini menjadi primadona pariwisata Maros. “Jika akses jalan ini sudah terbuka, perekonomian masyarakat akan tumbuh sehingga dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat,” ungkapnya. Selain itu, Moncongloe merupakan cerminan Kabupaten Maros karena berbatasan langsung dengan Kota Makassar.
Karenanya, tak lama lagi jalan sudah dibetonisasi. Juga diprogramkan rehabilitasi pasar tradisional. Sementara Camat Moncongloe, Haris mengemukakan jalan beton yang sudah dibangun sepanjang 6 kilometer, yang belum sekitar 2,5 kilometer, terutama akses poros Mandai-Moncongloe ke kantor camat.
“Kami berharap, jalan poros ini dapat dibeton dalam waktu dekat, terutama jalan poros Mandai-Moncongloe menuju ke ibukota kecamatan, serta akses menuju Daya-Makassar,” ujarnya. Saat Safari Ramadhan, Bupati Maros menyerahkan tunjangan imam desa, imam kelurahan, imam dusun dan lingkungan, imam masjid dan guru mengaji untuk triwulan ke-2.
Selain itu memberikan bantuan pelaksanaan MTQ tingkat kecamatan kepada Lembaga Peningkatan Tilawatil Quran, bantuan pembangunan masjid kecamatan dan masjid desa, bantuan Al Quran kepada sejumlah masjid. Berlangsung pula penyaluran Alokasi Dana Desa (ADD), penyaluran dana Badan Amil Zakat (BAZ) dan pemberian beasiswa kepada siswa SD, SMP dan SMA berprestasi.
Pembangunan fisik mesti dibarengi pembangunan mental-spiritual. Meski pembangunan fisik baik, tapi kalau mental rusak, pembangunan tidak dapat disebut behasil. Untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera, pembangunan sumberdaya manusia juga ditempuh dengan memberikan beasiswa kepada siswa tidak mampu.

MONCONGLOE PERBATASAN

Moncongloe, Desa Kering di Pintu Belakang Tamalanrea
:: Erni Aladjai ::
Citizen reporter Erni Aladjai menuliskan profil singkat sebuah desa yang terletak di “belakang” perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP). Desa yang dulu menjadi tempat sembunyi pencuri ternak dan buronan ini, masih melestarikan tradisi seperti pesta panen, meski saat tanah desa tak bisa digarap, hampir seluruh penduduk dewasanya menjadi buruh di pabrik-pabrik di Kawasan Industri Makassar. (p!)

Meski masuk wilayah administrasi Kabupaten Maros, Kecamatan Moncongloe justru lebih dekat dengan Kota Makassar. Kecamatan Moncongloe terdiri dari lima desa yakni; Moncongloe Bulu, Bonto Marannu, Bonto Bunga, Moncongloe dan Moncongloe Lappara. Untuk mencapai Desa Moncongloe, dari Makassar tak perlu melewati Kota Maros, melainkan melewati Tamalanrea, Bumi Tamalanrea Permai (BTP) dan terus ke Moncongloe. Desa ini berada tepat di belakang BTP. Bisa juga melalui jalur Panakkukang-Todopoli-Antang dan terus ke Moncongloe. Tak heran jika warga Moncongloe lebih memilih berbelanja kebutuhan sehari-hari di Pasar Daya, atau ke Mal di kota Makassar – ketimbang Pasar Sentral Maros.

Memasuki Desa Moncongloe di waktu malam sangatlah menyeramkan, bagaimana tidak, di kiri-kanan jalan ditumbuhi semak belukar setinggi orang dewasa, ditambah lagi tak ada lampu penerangan di sekitar jalan. Pada pukul 8 - 9 malam, jalanan Moncongloe sudah mulai lengang. Satu-dua saja kendaraan yang melewati jalanan.

Penduduk Moncongloe rata-rata bersuku Bugis, tapi lantaran lokasinya dekat dengan Makassar, maka bahasa sehari-hari mereka adalah bahasa Makassar. Meski demikian, tentu mereka juga fasih berbahasa Bugis.

Di musim kemarau, penduduk perempuan di desa ini, menjadi pekerja buruh di Kawasan Industri Makassar (KIMA)Daya. Biasanya mereka menjadi pengupas udang, membersihkan ikan, atau menggoreng kerupuk ikan dan udang. Dalam sehari, mereka mengantongi Rp15.000 sebagai upah. Masiah (38) salah satunya. Perempuan ini bekerja sebagai pengupas udang di Kawasan Industri Daya. Ia mengaku, dalam sehari ia mengantongi uang sebanyak itu. Belakangan karena tak kuat berdiri lama-lama sewaktu mengupas udang, ia pun berhenti lantaran kakinya sering kram.

***

Beberapa waktu lalu, saya berkunjung ke rumah Kepala Desa Moncongloe, Abdul Hamid. Ia bertutur kalau Desa Moncongloe awalnya adalah desa terasing, Dulu di desa ini seringkali menjadi tempat persembunyian para pencuri ternak dan pencopet. Terkadang tahanan yang lari dari penjara pun bersembunyi di desa ini. Menurut Abdul Hamid, hal itu disebabkan kondisi desa yang masih tertutup dan banyak dihalangi pohon-pohon besar dan semak belukar. Rumah penduduk pun jarang-jarang. Jarak antar-rumah sekitar 50 meter.

Dari Tamalanrea desa ini bisa dicapai ditempuh sekitar 15-20 menit Meski terbilang dekat, jalanan menuju desa belumlah semulus jalanan aspal.. Disana-sini batu-batu besar bercuatan di atas jalanan, jika musim hujan jalanan digenangi adonan lumpur yang sangat tebal. Menurut Nabira (40 tahun), jalanan desa Moncongloe yang buruk dikarenakan jalanan itu sering dilewati truk besar yang mengangkut tanah dan batu serta material lainnya. Sebaliknya di musim kemarau jalanan di penuhi debu.

"Dulu, jalanan tak serusak ini, namun semenjak truk milik PT Edy Putra dan PT Putra Jaya beroperasi di jalan itu, maka jalan yang baru sebagian diaspal itu pun bertambah parah, apalagi kalau musim hujan" tutur adi, salah seorang tukang ojek di desa Moncongloe. Menurut warga, lumpur jalan di kampung mereka muncul akibat aktivitas truk-truk pengangkut tambang golongan C milik PT Edy Putra dan PT Putra Jaya.

Bulan Juni tahun lalu warga Moncongloe, tepatnya Moncongloe Bulu memblokir jalanan. Jalan selebar lima meter itu mereka blokir menggunakan batang pohon, batu-batu besar, dan sebuah bangunan poskamling. Jalan poros yang menghubungkan Moncongloe dan Markas Yon Zipur diblokir hingga mencapai lima kilometer. Pemblokiran jalan tersebut lantaran warga semakin jengkel dengan truk-truk besar yang merusak jalan desa.

Sayangnya, pihak yang seharusnya bertanggung jawab hingga sekarang masih belum memberi respon.

Memasuki musim penghujan, desa ini sudah pasti menjadi langganan banjir, biasanya airnya setinggi satu meter. Alhasil, warga dari Moncongloe Bulu, atau desa lain untuk menuju Moncongloe pun berperahu. Ternak dan kendaraan bermotor diangkut dalam perahu. Mirip bedol desa. Desa Moncongloe adalah desa paling parah jika musim penghujan tiba, banjir bandang kiriman dari Maros pun mengalir jauh hingga ke Perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP).

Lain halnya jika musim kemarau, bekas lahan-lahan persawahan di Moncongloe terlihat tandus. Yang terlihat hanya rumput liar yang mengering dan ternak sapi dan kambing yang berkeliaran merumput di lahan kering itu. Di musim ini, tak ada satu pun warga yang mencoba menggarap lahan.

Pesta Panen Moncongloe
Warga di desa ini rata-rata bekerja sebagai petani. Mereka menamam padi dan singkong. Areal persawahan di Moncongloe sebetulnya merupakan tanah kering. Warganya hanya mengandalkan musim penghujan yang datang setahun sekali. Dengan demikian, panen pun hanya dilakukan sekali setahun. Penduduk Moncongloe umumnya memanen padi sekitar bulan Juli. Meski lahan di desa ini tandus dan kering, tanah di desa ini sangat cocok untuk pohon mangga, tak heran jika hampir semua warga di Kecamatan Moncongloe (yang terdiri dari lima desa) memiliki pohon mangga di depan, belakang atau samping rumah. Mangga- mangga itu mereka jual di Pasar Daya, ada juga pemborong yang datang dari Makassar membeli mangga di desa ini.

Panen padi, adalah masa yang menggembirakan bagi warga Moncongloe. Seluruh warga dari lima desa bergotong-royong menyumbang dana, dan hasil panen berupa beras ketan. Desa yang sunyi ini pun ramai dengan berbagai perayaan adat. Inilah yang mereka namakan Pesta Panen. Biasanya pesta panen bertepatan dengan Hari Ulang Tahun RI, sehingga dirangkaikan dengan perayaan Agustusan. Perayaan yang ditampilkan berupa atraksi adu betis , acara tumbuk padi muda (akdengka ase lolo) dan sepak takraw (pa'raga).

Upacara menumbuk padi dilakukan oleh para gadis dan pria muda. Yang gadis mengenakan baju bodo aneka warna. Sedangkan yang prianya mengenakan jas warna-warni, songkok dan sarung. Menumbuk lesung menghasilkan irama tersendiri yang merdu. Sambil menyaksikan upacara tumbuk padi dengan alunan pukulan lesung, warga beramai-ramai menikmati hidangan padi muda yang diberi gula aren dan santan

Desa ini masih memelihara sejumlah tradisi yang umumnya kita temui di pelosok kabupaten, di tengah kondisinya yang babak belur setiap kali dihantam kemarau, banjir kiriman, dan gilasan truk-truk pengusaha galian, yang menyisakan debu dan lubang di jalanan.

DEMO IBU RUMAH TANGGA

IRT di Moncongloe Maros Tutup Jalan
Tribun Timur - Jumat, 1 Juni 2012 16:42 WITA
IRT-di-Moncongloe-Maros-Tutup-Jalan2.jpg
mute/tribun timur
IRT di Moncongloe Maros Tutup Jalan


TRIBUN-TIMUR.COM, MAROS - Puluhan ibu rumah tangga melakukan aksi protes terhadap aktifitas truk pengangkut tambang galian C, Jumat (1/6/2012) siang.

Aksi protes ini dengan memblokir jalan poros Moncongloe Maros-Makassar. Mereka memasang batu besar dan potongan kayu besar di tengah jalan.

Mereka melakukan ini sebagai bentuk kekecewaan terhadap para pelaku penambang yang seenaknya melintas di jalan raya tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan pada warga Moncongloe.

Menurut salah seorang warga, Intan, selain debu yang beterbangan, kerusakan jalan, hingga korban kecelakaan kerap terjadi. "Kami sudah tidak tahan menderita akibat aktifitas tambang itu," jelasnya.

Ia menambahkan aksi ini dilakukan warga sebagai bentuk kekecewaan. Dimana pengusaha yang dulunya menyatakan kesediaannya untuk memperbaiki jalan dengan menimbun jalan yang berlubang serta menyiram jalanan yang berdebu dengan air setiap saat dilalui truk. Namun para penambang justru mengingkari kesepakatan tersebut.(*)

Penulis : Mutmainnah
Editor : Ridwan Putra

WIKIPEDIA

Moncongloe, Maros

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Moncongloe
—  Kecamatan  —
Negara  Indonesia
Provinsi Sulawesi Selatan
Kabupaten Maros
Luas ... km2
Jumlah penduduk ... jiwa
Kepadatan ... jiwa/km2
Moncongloe adalah desa di kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia. Desa Moncongloe merupakan ibukota dari kecamatan Moncongloe, disini terdapat Puskesmas Moncongloe, Kantor camat Moncongloe dan Polsek Moncongloe. Jarak Moncongloe menuju Kabupaten Maros adalah sekitar 20 Km. Jarak dari Moncongloe menuju Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan yaitu Makassar adalah 22 Km melalui jalan darat. Penghasilan utama dari penduduk Kecamatan Moncongloe adalah Bertani. Hasil pertanian bermacam-macam. Ada padi, Ketela Pohon, jagung, sayur-sayuran, kacang, dll. Terdapat pula banyak peternak. Kebanyakan beternak Sapi dan ayam Potong.

Daftar isi

Sejarah

Secara harpiah Moncongloe berarti, tempat yang tinggi. Moncongloe sudah lama dikenal, sejak abad ke-16, sebab wilayah ini adalah salah satu Gallarrang ( Distrik/Kecamatan zaman kerajaan Gowa) dari kerajaan Gowa-Tallo. Bahkan Pahlawan “Internasaional” Syeikh Yusuf merupakan putra Moncongloe, karena Beliau adalah Cucu dari Gallarrang Moncongloe. Dalam perjanjian Bongaya pada tanggal 10 Nopember 1667, ang kemudian diperbaharui pada anggal 1824, pemerintah Hindia Belanda membagi negeri-negeri Celebes menjadi tiga kelompok, yakni:
  • Negeri-negeri yang berada langsung dibawah pemerintahan Hindia Belanda.
  • Negeri-negeri yang secara tidak langsung dibawah pemerintahan Hindia Belanda.
  • Negeri-negeri yang berdaulat, yang hanya menjalin hubungan setara dengan pemerintahan Hindia Belanda.
Wilayah Moncongloe masuk kedalam kategori kedua bersama dengan wilayah-wilayah sekitarnya. Kelompok utara atau kelompok distrik utara (noorder districten) termasuk Maros, Bontoa, Tanralili, Simbang, Sulewattang ri Lau, Tomboro’, Sudiang, Malawwa, Camba, Balocci, Turikale, Moncongloe, dll. Dengan pembesar Hindia Belanda diwilayah ini berkedudukan di Maros, sedangkan kepala daerahnya bergelar Karaeng Lomo Daeng lolo, Aru Sulewattang/Gallarrang. Dalam perjalanan sejarah pemerintahan Sulawesi Selatan pada umumnya, maka berdasarkan Penetapan Gubernur Grote Oest (Timur Besar) no. 21 BIJBLAD 14377 tanggal 24 Pebruari 1940, Celebes dibagi tujuh Afdeling, diatara Afdeling itu adalah Afdeling Makassar, yang membawahi Onderafdeling Sungguminasa, Pangkajene, Takalar/Turatea, Pulau-pulau sekitar Makassar serta Onderafdeling Maros Sendiri yang didalamnya adalah Distrik Moncongloe. Setelah jaman kemerdekaan, dengan UU. No. 2, 3, dan 4 tahun 1957, Moncongloe masuk dalam wilayah Makassar bersama Maros, Pangkajene dan pulau-pulau spermonde. Pada tahun 1959, dengan UU. No. 29 tahun 1959, terjadi lagi perubahan, yakni Moncongloe masuk dalam Wilayah administratif kabupaten Maros, dengan status sebagai Distrik/Desa dibawah kecamatan Mandai. Tahun 1971, Maros dihadapkan suatu pilihan yang sulit, sebab sebagian wilayahnya dibagian selatan diambil alih oleh kota madya Makassar dengan PP. RI. No. 51 tahun 1971, tanggal 1 September 1971. Bira, Daya, Tamalanrea, Bulorokeng, dan Sudiang masuk kewilayah Makassar. Pada tahun 2000, wilayah Moncongloe melepaskan diri dari kecamatan Mandai, dan berdiri sendiri, menjadi salah satu sari 14 kecamatan kabupaten Maros.

Geografis

Moncongloe terbagi atas dua karakter, karakter pertama terletak disebelah timur, keadaan alamnya berbukit-bukit serta ditumbuhi hutan yang lebat (Moncongloe Bulu’). Karakter kedua terletak disebelah barat, dengan keadaan alam berada didataran rendah, sehingga berawa-rawa dan dilintasi anak sungai Tallo (Moncongloe Lappara’). Adapun batas-batas Moncongloe sebagai berikut:

Desa atau Kelurahan

Kecamatan Moncongloe terdiri atas 0 Kelurahan dan 5 Desa sebagai berikut:
  1. Bonto Marannu
  2. Bonto Bunga
  3. Moncongloe
  4. Moncongloe Lappara
  5. Moncongloe Bulu

Fasilitas umum

Pendidikan

Sarana ibadah

Kesehatan

Sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Moncongloe yaitu Puskesmas Moncongloe. Praktek dokter dan bidan juga banyak ditemukan di Moncongloe.

Pasar

Pasar yang ada di Kecamatan Camba adalah Pasar Diccekang yang terletak Di Dusun Diccekang

Pariwisata

Pranala luar